Assalam 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Alhamdulillah,segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala karunia_Nya karena kita semua masih dalam keadaan sehat wal afiat selalu.
Pada kesempatan artikel kali ini akan dibahas tentang Peran Pola Pikir Bertumbuh dalam Pembelajaran yang merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya tentang Konsep Dasar Pola Pikir (Mindset).Harapannya semoga artikel ini dapat memberikan secercah pengetahuan kepada kita semua terutama kepada Rekan-rekan guru di SD Negeri 5 Gu.
Silakan dibaca dan dipahami karena ,sebagaimana biasa disetiap akhir tulisan disediakan TES untuk dijawab.Akhir kata semoga bermanfaat dan segala kekurangannya mohon dimaafkan.
Peran Pola Pikir Bertumbuh dalam
Pembelajaran Mendalam
Peran PPB dalam Pembelajaran
Mendalam sangat besar sebab bisa berperan dibanyak bagian yang ada dalam
Kerangka Kerja PM yang terdiri dari 4 kategori:
Kerangka Pembelajaran, Pengalaman Pembelajaran,
Prinsip Pembelajaran dan Dimensi Profil Lulusan.
1. Peran PPB dalam Kerangka
Pembelajaran
Dalam Kerangka Pembelajaran yang
terdiri dari 4 Elemen : Praktik Pedagogik, Lingkungan Pembelajaran, Kemitraan
Pembelajaran dan Pemanfaatan Digital, prinsip-prinsip PPB dapat digunakan
dalam:
a. Praktik Pedagogik: yang
melibatkan murid secara aktif dengan menggunakan berbagai model dan metode
pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah yang kontekstual, proyek yang
bersifat kolaboratif, serta eksplorasi banyak ide-ide pasti akan berhadapan
dengan berbagai hambatan, tantangan dan kesulitan. Saat inilah prinsip-prinsip
PPB seperti: Productive Failure, The Power of YET serta Intervensi Pola Pikir
dari guru ke murid. Selanjutnya Peta Pikiran akan berguna dalam Pembelajaran yang
bersifat konstruktivisme di mana murid dapat mengkonstruksi pemahaman mereka
melalui tahap demi tahap dalam penyusunan Peta Pikiran yang dimulai dari CI
lalu ke BOI dan akhirnya ke C/H.
b. Lingkungan Pembelajaran : dalam
pengembangan Budaya Belajar demi menciptakan iklim belajar yang kondusif serta
bisa memotivasi murid untuk bereksplorasi dan kolaborasi sangat membutuhkan PPB
karena murid membutuhkan keyakinan yang kuat bahwa lewat eksplorasi dan
kolaborasi mereka bisa bertumbuh dan berkembang. Dalam menjalani proses belajar
ini pasti akan terjadi berbagai kesalahan bahkan kegagalan namun dengan PPB
mereka akan terus bertahan serta berani mengambil resiko.
c. Kemitraan Pembelajaran: untuk
membentuk hubungan yang kuat antara guru dan murid, guru dan orangtua serta
guru dan guru sangat membutuhkan PPB karena dibutuhkan unsur “saling percaya”
dari setiap pihak. Keyakinan bahwa setiap pihak bisa saling mendukung danberkolaborasi
demi tumbuh kembang dan kemajuan pendidikan anak-didik merupakan prinsip dasar
dari PPB.
d. Pemanfaatan Digital: seperti
yang dikatakan oleh Leonardi dan Neeley dalam bukunya The Digital Mindset bahwa
mesin bukanlah “pengganti atau pesaing” manusia, manusia harus mau
berkolaborasi dengan mesin agar bisa memperoleh hasil yang diharapkan.
Keyakinan inilah yang disebut dengan Digital Mindset yang memiliki prinsip yang
persis sama dengan PPB, bahkan dalam proses Transformasi Digital faktor Pola
Pikir menjadi yang pertama harus dibenahi sebelum lanjut ke faktor yang lain.
2. Peran PPB dalam Pengalaman
Belajar
Dalam Pengalaman Belajar yang
terdiri dari Memahami, Mengaplikasi dan Merefleksi atau disingkat dengan 3M,
prinsip dari PPB dapat diterapkan dalam setiap tahapnya.
a. Memahami: proses memahami harus
melewati sebuah proses yang kadang tidak mulus sebab murid sering kali harus
melewati berbagai kendala dan merasakan kesulitan. Di saat inilah PPB
dibutuhkan agar murid bisa paham bahwa kendala dan kesulitan itu pertanda
proses belajar sedang berlangsung dan otak sedang berusaha untuk membuat
jalur-jalur baru dan sama sekali bukan tanda kelemahan. Keyakinan seperti
inilah yang menjadi fondasi utama dalam tahap memehami.
b. Mengaplikasi: dalam tahap
mengaplikasi dibutuhkan pendalaman pengetahuan agar bisa mengaplikasikan
pengetahuan yang melibatkan penerapan PPB, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan secara efektif. Dengan PPB maka akan muncul kreatifitas dan penalaran
kritis yang sangat berguna dalam pemecahan masalah lewat solusi kreatif dan
inovatif.
c. Merefleksi: inilah tahap dimana
peran PPB sangat besar sebab pada tahap ini murid akan diajak untuk memahami
sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai, serta mengeksplorasi kekuatan,
tantangan, dan area yang perlu diperbaiki. PPB akan mendorong murid untuk
bertahan saat menghadapi tantangan serta memiliki keyakinan yang tinggi untuk
memperbaiki diri agar bisa terus bertumbuh dan berkembang.
3. Peran PPB dalam Prinsip
Pembelajaran
Prinsip Pembelajaran dalam PM
dikenal sebagai BBM yaitu Berkesadaran (Mindful), Bermakna (Meaningful), dan
Menggembirakan (Joyful). Peran PBB dalam Prinsip Pembelajaran ini dimulai pada
prinsip Berkesadaran yang
a. Berkesadaran: inilah prinsip
utama yang menjadi fondasi bagi dua prinsip lainnya sebab tanpa adanya
kesadaran murid untuk mau belajar maka tidak akan pernah akan muncul prinsip
bermakna dan menggembirakan. Dengan PPB murid akan sadar bahwa belajar adalah
sebuah proses yang di dalamnya akan selalu ada berbagai tantangan, hambatan dan
kesulitan yang harus dihadapi. Bahkan seringkali murid melakukan kesalahan
bahkan mengalami kegagalan.
Dalam situs www.mindsetworks.com,
ada sebuah bagan menggambarkan Hirarki kebutuhan dari seorang pembelajar
(Hierarchy of Learner Needs) seperti di bawah ini.
Salah satu faktor yang sangat
penting tapi sering terabaikan adalah:
Learning Mindsets yang dalam situs
www.youngwonks.com, disebut dengan Academic Mindsets yang menjadi bagian dari
Deeper Learning Bersama beberapa faktor lainnya seperti Problem Solving,
Critical Thinking, Collaboration dan Communication. Learning Mindset adalah kumpulan keyakinan
yang harus dimiliki murid ada siap untuk belajar yaitu :
- Saya adalah pemilik komunitas
belajar ini
- Saya bisa merubah kemampuan saya
lewat usaha
- Saya bisa meraih sukses
- Tugas-tugas ini memiliki nilai
dan tujuan untuk saya.
Learning Mindset ini sangat selaras
dengan prinsip Berkesadaran karena inilah faktor yang terpenting yang menjadi
fondasi untuk bisa masuk ke prinsip Bermakna dan Menggembirakan.
b. Bermakna: pembelajaran yang
menerapkan prinsip bermakna akan membutuhkan PPB agar bisa menjadi seorang
pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner) yang akan sangat berguna dalam
menghadapi berbagai tantangan, hambatan dan kesulitan. Dengan PPB kendala itu
akan dianggap sebagai sebuah “peluang” untuk memperoleh pengatahuan dan
ketrampilan yang berguna.
c. Menggembirakan: pembelajaran
yang menggembirakan membutuhkan PPB demi terciptanya suasana belajar yang
positif dan menantang serta menyenangkan, dan memotivasi. Keyakinan murid bahwa
mereka bisa memahami dan mengaplikasi berbagai pengetahuan yang telah mereka pelajari
akan menjadi faktor yang menimbulkan rasa gembira
4. Peran PPB dalam Dimensi Profil
Lulusan
Sasaran dari PM terdapat dalam 8
Dimensi Profil Lulusan yang disebut dengan 8D dan PPB akan berperan dalam
beberapa dimensi khususnya dalam 4
Dimensi yang dikenal sebagai
Ketrampilan Abad ke 21 yang terdiri dari Kreatifitas, Penalaran Kritis,
Komunikasi dan Kolaborasi.
a. Kreatifitas: kemampuan untuk
melihat masalah dari berbagai sudut pandang, menghasilkan banyak gagasan, serta
menemukan dan mengembangkan alternatif solusi yang efektif. murid yang memiliki
kreativitas cenderung berpikir di luar kebiasaan, mengembangkan ide-ide secara
mendalamb. Penalaran Kritis: kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi
setiap informasi, ide dan solusi secara cermat, tanggap, dan mampu menghadapi tantangan
dengan pemikiran yang mendalam dan terstruktur. PPB akan menjadi pendukung dari
seseorang agar bisa tetap berpikir dengan jernih , tajam dan mendalam walalupun
dalam situasi yang menantang.
c. Komunikasi: kemampuan penting
murid untuk berinteraksi dengan orang lain, berbagi serta mempertahankan
pendapat, menyampaikan sudut pandang yang beragam, dan aktif terlibat dalam
kegiatan yang membutuhkan interaksi dua arah. Murid dengan PBB lebih mudah berkomunikasi
sebab dia miliki keyakinan yang kuat bahwa lawan bicaranya pasti bisa saling
mengisi dan memperkuat
d. Kolaborasi: kemampuan kolaborasi
mampu berkontribusi secara aktif, menggunakan pemecahan masalah bersama, dan
menciptakan suasana yang harmonis untuk mencapai tujuan bersama. Dengan PBB,
murid bisa berkolaborasi dengan baik sebab saat ini tidak ada lagi Super Man melainkan
Super Team sehingga kesuksesan hanya dapat diraih lewat kolaborasi yang
berlandaskan prinsip PPB. Selain dari 4 Dimensi Profil Lulusan di atas, PPB
juga dapat berperan dalam Dimensi lainnya yaitu Kemandirian dimana murid dengan
PPB akan memiliki keyakinan bahwa mereka mampu untuk mengatasi berbagai
tantangan, hambatan dan kesulitan untuk setiap pilihan dan keputusan yang
mereka ambil.
Dengan PPB murid juga akan mampu
untuk menguasai diri dan bertahan dalam berbagai macam situasi serta siap untuk
terus belajar agar bisa terus bertumbuh dan berkembang.
Peran Pola Pikir Bertumbuh untuk
Kreatifitas
Dalam bukunya In Search of Deeper
Learning, Mehta dan Fine (2019) telah mendefinisikan bahwa PM adalah kombinasi
dari 3 elemen yang disingkat dengan MIC yaitu : mastery, identity dan
creativity. Mastery adalah mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam area
yang dipelajari, Identity merupakan proses untuk menjadi lebih bermakna dalam
berpikir tentang diri sendiri yang melakukan tugas itu. Berpindah dari konsep
tentang diri sendiri dari : Saya seseorang yang sedang belajar menjadi Saya
adalah seorang pembelajar, kata pembelajar menjadi identitas yang kuat sebab
menunjukkan bahwa dia Adalah seseorang yang bisa belajar dengan baik.
Creativity bukan sekedar mendengar atau memahami sebuah pengetahuan tapi harus
mampu untuk “menciptakan” sesuatu dari pengetahuan itu. Kreativitas membutuhkan
ketrampilan berpikir inovatif (innovative thinking) agar bisa membuat sesuatu
yang berbeda, kreatif dan baru dari berbagai informasi dan pengetahuan yang
didapatkan. Dalam proses membuat sesuatu yang “baru” inilah PPB sangat berperan
karena sebuah “kebaruan” akan selalu memiliki 2 sisi yaitu peluang dan juga
tantangan. Keyakinan akan Salah satu dari 8 Dimensi Profil Lulusan dalam
PM yang juga menjadi salah satu dari Ketrampilan Abad ke 21 adalah Kreatifitas
yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah lewat berbagai ide dan solusi yang
kreatif dan inovatif.Kreatifitas adalah salah satu faktor penting dalam sebuah
siklus I-K-I (Iterasi –Kreativitas – Inovasi) seperti yang ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini.
Jadi tampak dengan jelas peran
penting dari Kreatifitas sebagai ”jembatan” dari harus memiliki PPB sebab dalam
proses mengembangkan berbagai ide, solusi dan alternatif khususnya yang akan
dipakai untuk memecahkan masalah pasti akan selalu melewati berbagai tantang,
hambatan dan kesulitan sebab membuat sesuatu yang “berbeda, kreatif dan baru”
akan diliputi oleh ketidakjelasan dan ketidakpastian, Hanya dengan PPB lah
seseorang akan mampu untuk terus bertahan karena yakin bahwa semuanya itu pasti
akan berhasil pada waktunya.
Menurut teori The 4 Zones of Life,
terdapat empat zona dalam kehidupan manusia. Setiap zona akan memiliki
tantangan dan peluang yang berbeda-beda sehingga butuh strategi dan cara dalam
menghadapinya. Keterkaitan antara Siklus I-K-I dengan 4 Zona Kehidupan dapat
dilihat dalam gambar di bawah ini.
1. Zona Nyaman (Comfort Zone): zona
di mana seseorang hanya melakukan sesuatu yang sama secara berulang (Iterasi).
2. Zona Ketakutan (Fear Zone): zona
yang harus dilalui bilamana seseorang ingin keluar dari Zona Nyaman dan masuk
ke zona Belajar. Di Zona inilah PPB dibutuhkan untuk mengatasi berbagai
ketakutan pada saat harus mengalami tantangan, hambatan dan kesulitan. Dengan
PPB seseorang bisa “mengeliminasi” rasa takut seseorang terhadap berbagai
kendala yang dihadapinya.
3. Zona Belajar (Learning Zone):
zona di mana seseorang menjalani proses belajar lewat proses mencari,
mengembangkan dan mencoba sesuatu yang baru
(Kreatifitas)
4. Zona Bertumbuh (Growth Zone):
zona di mana seseorang telah “bertumbuh” sebab mampu menguasai atau menciptakan
sesuatu yang “baru” dan lebih baik (Inovasi).
Kreativitas sesungguhnya sudah ada
dalam diri setip orang tapi ada yang bersifat dan ada pula yang masih pasif.
Ketrampilan Berpikir Kreatif adalah mesin dari Kreatifitas sebab lewal
ketrampilan inilah berbagai ide, solusi dan alternatif bisa muncul sebagai
langkah awal untuk memecahkan masalah. Salah satu Creative Thinking Tool – CTT
yang banyak digunakan orang adalah Metode CREATE seperti yang jelaskan oleh
John Langrehr dalam bukunya Teaching Our Children To Think (2006). Langrehr
membagi Proses Berpikir Inti (Core Thinking Process) menjadi empat bagian
yaitu: Organized Thinking, Analytical Thinking, Creative Thinking dan Critical
Thinking. Untuk Creative Thinking, ada metode CREATE
yaitu enam cara untuk menciptakan ide atau alternatif baru yaitu: menggabungkan
(combine), membalikkan (reverse), menghilangkan (eliminate), mengganti
(alternative), memutar (twist) dan menguraikan (elaborate).
Dalam bukunya Simply Brilliant
(2017) Bernhard Schroeder mengatakan bahwa Kreativitas bisa berkembang dalam
diri setiap orang bila mau “melakukan transisi” dari PPT ke PPB lewat beberapa
cara berikut ini.
– Akui dan terima
“ketidaksempurnaan”
– Melihat tantangan sebagai sebuah
peluang
– Mencoba strategi belajar yang
berbeda saat mengalami kegagalan
– Mengganti kata “kegagalan”
menjadi “pembelajaran”
– Berhenti mencari pengakuan yang
premature
– Menghargai proses daripada hasil
akhir
– Lebih mementingkan perkembangan
daripada kecepatan
– Menanamkan kerendahan hati
– Berani mengambil resiko
Seorang psikolog dengan
spesialisasi pola pikir, Dr Gemma Leigh Roberts mengaatkan dalam bukunya
Mindset Matters (2022) bahwa PPB adalah pola piker untuk kreativitas dan
inovasi sebab banyak inovasi besar yang diawali dengan berbagai kegagalan,
namun berkat PPB para inovator memahami bahwa inilah harga yang harus dibayar
untuk sesuatu yang luar biasa. PPB juga mendukung apa yang disebut oleh Dr
Roberts dengan istilah “resiliensi psikologis” yaitu cadangan resiliensi untuk
mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang bisa muncul di tempat kerja dan
menjaga diri dari stes di masa yang akan datang. Ini sangat penting sebab
tantangan bisa menghampiri kita dengan kecepatan yang lebih cepat dari
sebelumnya.
Pola Pikir Bertumbuh untuk
Pengetahuan Nilai dan Karakter
Dalam tahap Memahami di Pengalaman
Belajar terdapat 3 macam pengetahuan yaitu: Pengetahuan Esensial, Pengetahuan
Aplikatif dan Pengetahuan Nilai dan Karakter.
PPB memiliki hubungan yang sangat
kuat dengan Pengetahuan Nilai dan Karakter yaitu pengetahuan yang berkaitan
dengan pemahaman tentang nilai-nilai moral, etika, budaya, dan kemanusiaan yang
berperan penting dalam membentuk kepribadian, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam buku Becoming a Growth Mindset
School, Chris Hildrew (2018) mengatakan bahwa PPB memiliki kaitan yang sangat
kuat dengan Pendidikan Karakter bahkan di sekolah PPB akan berada di dalam
rumpun Pendidikan Karakter. Murid dengan PPB akan memiliki berbagai “karakter
non-kognitif“ yang dalam keseharian tampak dalam bentuk kesabaran, ketangguhan,
keuletan dan kegigihan seta sejumlah
sifat-sifat positif yang muncul pada saat murid mulai memahami bahwa mereka
memiliki kemampuan untuk mencapai apapun yang mereka cita-citakan sepanjang
mereka mau belajar dan berusaha.
Menurut Bapak Pendidikan Karakter
Dunia Prof Thomas Lickona dalam bukunya Educating for Character, ada tiga
komponen dari karakter yang baik yaitu :Pengetahuan Moral (Moral Knowing),
Penghayatan Moral (Moral Feeling) dan Tindakan Moral (Moral Action) seperti
yang ditiunjukkan oleh Peta Pikiran di bawah ini.
Jadi hanya mengetahui sesuatu yang
baik tidaklah cukup tanpa adanya penghayatan serta melakukan aksinya. Oleh
karena itulah seorang murid harus memiliki Pengetahuan Nilai dan Kakter selain
Pengetahuan Esensial dan Pengetahuan Aplikatif agar pengetahuan yang
dipelajarinya bisa berguna untuk menolong orang lain dan juga untuk membentuk
dirinya sendiri sebagai probadi yang memiliki nilai dan karakter yang baik
pula.
Sebuah “definisi baru” tentang
karakter telah diperkenalkan oleh Lickona dan Davidson dalam bukunya Smart
& Good High Schools (2005), hal ini perlu dilakukan untuk menjawab
pertanyaan dari banyak guru : Apakah dengan mengajarkan Pendidikan Karakter di
sekolah akan mampu meningkatkan prestasi akademik murid kami. Dalam definisi
barunya, Lickona dan Davidson menyatakan bahwa : karakter memiliki dua bagian
yang saling melengkapi yaitu : Karakter Performa (Performance Character) dan
Karakter Moral (Moral Character) seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah
ini.
Karakter Performa (rajin, kerja
keras, kreatif, pantang menyerah dll) berguna untuk mendorong seseorang untuk
meraih prestasi yang tinggi lewat usaha yang terbaik pula sedangkan Karakter
Moral (jujur, bertanggungjawab, adil, integritas, rasa hormat) berguna untuk
“memastikan” bahwa setiap prestasi yang diraih akan selalu melalui cara-cara
yang baik dan benar. Nilai-nilai yang terdapat dalam kedua karakter ini, bisa
dikembangkan lewat PPB sebab akan selalu ada “godaan” untuk meraih prestasi
lewat cara yang “tidak baik dan tidak benar”, dengan PPB seseorang mimiliki
keyakinan bahwa mereka mampu untuk meraih prestasi lewat proses belajar dan
berusaha serta kuat pada saat berhadapan dengan berbagai tantangan, hambatan
dan kesulitan. Oleh karena itulah keseimbangan antara kedua karakter ini harus
ada dalam diri seseorang agar akan “selalu ada tempat” untuk moral di dalam
setiap prestasi atau pencapaian. Dalam bukunya Character Matters (2004), Prof
Lickona mengatakan bahwa di dalam kelas akademik dan karakter bisa diajarkan
kepada murid secara bersamaan dan untuk itu guru harus mampu “menggali” nilai
dan karakter yang ada di dalam materi yang mereka ajarkan seperti yang
ditunjukkan oleh gambar dibawah ini
Mengintegrasikan akademik dan
karakter tidaklah sulit dan butuh waktu yang lama sebab dalam setiap materi
pelajaran akan selalu ada unsur karakternya namun terkadang “tersirat” sehingga
guru harus mampu untuk menggalinya. Mengajarkan karakter lewat kurikulum adalah
cara yang paling efektif sebab sudah tersedia nilainilai dalam seluruh mata
Pelajaran yang bisa dipakai dalam mengajarkan karakter di dalam kelas.
Berikut beberapa cara untuk menggali
nilai-nilai karakter di dalam setiap pelajaran.
– Apakah ada hal-hal yang terkait
dengan karakter atau aplikasinya dalam pelajaran ?
– Pertanyaan apa yang harus
diberikan untuk mengarahkan pada diskusi tentang karakter?
– Dapatkan modul tentang karakter
disisipkan dalam rencana pembelajaran ?
– Kejadian apa yang sedang terjadi
yang dapat digunakan untuk membahas tentang karakter?
Dalam Pembelajaran Bermakna, proses
menggali nilai-nilai dalam materi Pelajaran dapat dilakukan dengan cara :
– Bagaimana kaitan dari materi yang
diajarkan dengan kehidupan siswa sehariharinya?
– Apa dampak positif atau manfaat
yang diperoleh bila materi pelajaran itu diterapkan dengan baik dan benar ?
– Sebaliknya, apa dampak negatif
atau kerugian kalau sekiranya ilmu itu diterapkan secara tidak benar atau
menyimpang dari yang seharusnya ?
Dari ketiga pertanyaan di atas, guru bisa
mengajak murid untuk menggali nilai-nilai yang harus dimiliki agar seluruh
materi yang dipelajari bisa memberi manfaat bagi orang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar